Wednesday, May 24, 2006

Da Vinci Code : The Review


Akhirnya jadi juga nonton The Da Vinci Code’ di Djakarta Theater. Total kita ber-6 with the usual gank minus dolphin a.k.a Kim San Soon (yang udah janjian sama anak2 kantor lamanya) plus 3 bintang tamu anak-anak kuningan.

Hmmmmm… gimana mana mulai ya? Sebenernya kalau diperhatika, Ron Howard udah usaha semaksimal mungkin untuk bikin film ini sesuai dengan bukunya. Tapi namanya juga film yang diadaptasi dari buku pasti akan selalu dibandingkan dengan bukunya. Semua detail yang diceritakan di buku tentu saja tidak bisa diterjemahkan bulet-bulet dalam film dengan durasi yang hanya kurang lebih 2 jam saja (seperti nonton The Dragon Sabre 41 episode di 1 film layar lebar dengan durasi 2 jam.... mana asik?!?!?!). Sebagai penonton yang sudah baca bukunya, saya tidak mengalami kesulitan memahami flashback-flashback pertemuan silas & aringarosa atau penyebab memburuknya hubungan sophie dengan sang kakek. Tapi buat yang belum baca pasti akan kesulitan yang terbukti dengan banyaknya pertanyaan dari syl and sam soon-i tentang beberapa hal dalam film tersebut. Hal ini tentu saja diperparah dengan dihilangkannya subtitle di beberapa bagian film (kalo ga mau dibilang nyaris sepanjang film) terutama di bagian dialog antara Teabing (Priory of Sion’s freak and the bad guy himself) dengan Sophie dan Langdon yang terkait dengan dialog menyangkut ke-IMAN-an umat Kristiani. Well, agaknya si distributor film ga mau rugi dengan memutar film ini tapi tetap berhati-hati untuk tidak menyinggung kaum Kristiani (padahal ketika saya nonton mayoritas penonton berjilbab hehehehehe….).

Hal menarik yang saya amati sebenernya keberadaan buku dan film ini justru baik adanya. Saya jadi banyak mendapat pertanyaan tentang hal-hal yang menyangkut Kristianiti dan tentu saja dengan senang hati akan saya jawab semampu saya.

Yang paling mengecewakan buat saya justru adalah penggambaran “cryptex” yang sangat simple di film padahal saya membayangkan justru dibagian itulah serunya film ini. Sekali lagi itulah resikonya memfilmkan sebuah buku. Secara keseluruhan saya tidak puas tapi lumayanlah sebagai hiburan. Mengenai opus dei saya no comment aja sih tapi di buku si Dan Brown ngasih link-nya disini. As Langdon said in the movie : WHAT MATTER IS WHAT YOU BELIEVE. Agree!



Early Weekend
FransLus – 8341 LS

No comments: