Thursday, October 21, 2010

H.A.M.I.L

Sudah saatnya saya bercerita tentang kehamilan saya. Biar suatu saat nanti saya bisa mengenang masa-masa hamil yang penuh dinamika. Agak sedikit telat ya secara umur kehamilan saya sekarang sudah memasuki usia 24 minggu. Tapi better late than nothing ya.

Diawali dengan gejala-gejala seperti datang bulan di bulan pertama pernikahan kami seperti napsu makan meningkat, badan pegel-pegel dan dada yang agak sakit saya segera meningkatkan persediaan pembalut favorite saya mulai dari yang untuk everyday use, nightsave dan light use di hari-hari terakhir. Tapi kok ya ga nongol2x itu si bulan. Akhirnya kami iseng-iseng memutuskan untuk testpack. Hasilnya? Negatif aja dong. So, saya sabar menanti secara datang bulan saya memang super tidak teratur kadang bisa sampai 2 bulan lebih baru datang lagi. Jadi santai aja deh kami. Ditunggu-tunggu kok belom hadir juga. So, testpack kedua dicoba lagi. Hasilnya agak meragukan karena garis kedua blur. Hasil tanya dan browsing menyatakan kalau yang seperti itu kemungkinan besar saya sudah isi. Setelah searching-searching internet mencari dokter perempuan (yes... dokter perempuan, karena xto insist harus dokter perempuan untuk obgyn saya) akhirnya kami ke dokter Shirley di KMC. Puji Tuhan ternyata setelah saya di USG terlihat sudah ada kantung janin didalam rahim saya. Benar adanya. Kami sudah dikasih kepercayaan untuk menjadi orang tua. Gimana rasanya? Kaget luar biasa sebenarnya. Karena sebagai seorang perempuan yang kalau datang bulan sakitnya luar biasa sampai keringat dingin saya sering dihinggapi rasa takut akan susah hamil. Sekali lagi Puji Tuhan, kepercayaan itu cepat sekali datangnya. Dinasehati untuk jangan terlalu capek dan banyak makan + minum yang sehat-sehat akhirnya kami pulang bawa vitamin sebagai suplemen pertumbuhan sang janin. Perubahan fisik siy belum terlalu terlihat. Tapi karena hormon meningkat maka mual-mual mulai saya rasakan. Ga separah teman-teman yang sampai ga bisa makan, saya mual justru karena dedek bayi pingin makan. Kalo untuk urusan energy saya jadi manusia yang sangat malas dan doyan tidur. So far siy masih normal saja keluhan-keluhan saya.

Bulan berikutnya kami control lagi. Everything just fine. Mom & Baby doing great. And then something happen few weeks from that. An abses suddenly appeared di lipatan seputar daerah kewanitaan. Awalnya hanya bisul biasa tapi lama-lama kok membesar dan membengkak hingga sakit luar biasa. Waduh kok bisa-bisanya muncul disitu. Mau konsultasi ke dokter shirley selalu ada halangan. Akhirnya pas waktunya bisa sang dokter ga praktek, terpaksa ganti dokter lain dan vonisnya harus ke ahli bedah karena takutnya ada infeksi. Bah, waktu itu rasanya sedih sekali. Tapi sakitnya si abses bikin saya tegar. Akhirnya bikin janji sama dokter bedah keesokan harinya. Dan begitu dilihat, sang dokter langsung memutuskan untuk operasi. Serem kali kedengerannya. Seumur hidup saya ga pernah masuk ruang operasi. Diopname di rumah sakit aja ga pernah apalagi operasi. Tapi ditegar-tegarin deh. Dari keterangan bu dokter, nanti saya akan dibius dengan semprot. Wah, seneng sekali saya. Pasti ga sakit nih. Ternyata oh ternyata, bius semprot itu ga ngaruh euy. Begitu sang dokter bekerja dengan tangannya sakitnya menggila. Suster yang bantuin prosedur di OR jadi sasaran. Tangannya habis saya remes. Belom teriak2xan saya hihihihi... Kebayang ga siy kalo pas saya nanti melahirkan. Nda mau saya bayangkan sekarang ah... Biar nanti what happen happen... What will be will be. Minta bantuan dari Yang diatas saja untuk membantu kelancaran proses melahirkan saya nanti. Amin.

Dan berangsur-angsur luka itu sembuh setelah hampir seminggu 3x saya bolak balik ke KMC buat kontrol. Untungnya biaya medical saya ditanggung kantor, kalo ga bisa habis gaji sebulan cuma buat urusan bisul menyebalkan tadi. So, the next kontrol ibu dokter mengingatkan tentang test darah yang sejak awal pertemuan dia rekomendasikan untuk dilakukan. Awalnya sih conceren di TORCH tapi sekalian juga buat mengecek gula darah dan urine karena saya punya historis ibu yang diabet.

Disuatu siang saya melakukan test darah di prodia RS Bunda setelah selesai lunch with the gank di Vietopia Cikini. Hasilnya saya ambil 2 hari berikutnya. Untuk TORCH saya passed karena currently tidak terinveksi virus-virus itu. Tapi yang agak bikin stress adalah kesimpulan kalo saya diabetes mengingat gula darah saya diatas batas normal. Wadow. Saya langsung ngeri banget. Kebayang penderitaan ibu saya karena diabetes aja udah bikin merinding. Maka dibawalah si hasil test lab ke ibu dokter waktu kontrol berikutnya. Dan beliau berkata untuk hati-hati. Dia merekomendasikan untuk test kedua yang kali ini melibatkan puasa. Jika hasilnya masih positif diabet maka saya harus konsultasi ke ahli gizi buat menyusun menu makanan sehat. Ahiks...

Setelah itu kesadaran gula saya meningkat. Selama sebulan sebelum test saya sudah diet gula. Sarapan pagi cuma pake rebusan sayur dan kentang. Makan nasi dikurangi setengahnya. Minum juice, es kelapa, es buah atau apapun tanpa gula. Rasanya? Super hambar. Tapi demi si baby D apapun akan saya lakukan. Dan benar saja, di test darah berikutnya ternyata gula darah saya normal. Puji Tuhan. Tapi ternyata dari hasil urine ada bakteri disana. Waduh. Apalagi nih... Kata bu dokter saya sering nahan pipis dan kurang minum, which is true. Rekomendasi berikutnya? Test darah lagi dan jangan menahan pipis dan minum 8 gelas air. Agak susah ya teman-teman. Karena memasuki usia kandungan 5 bulan kadar kebelet saya ke toilet meningkat luar biasa. Dan minum 8 gelas itu berarti juga menambah frekuensi itu. Dalam sehari saya bisa bolak balik ke toilet 10x lebih. Semoga test berikutnya hasilnya bagus. Kalau ga saya terpaksa mengkonsumsi antibiotik lagi yang mana sudah saya lakukan waktu kena abses waktu itu.

Selain itu semua saya juga mengalami yang namanya gatal-gatal. Dulu pernah terjadi di leher yang mana membuat leher saya brutusan. Kata orang itu tandanya baby D will be a boy. Saya mah ga masalah. Tapi ga berapa lama hilang sendiri. Gantian kaki saya yang gatal-gatal luar biasa. Saking parahnya gatal-gatal itu, sampai seluruh betis kanan kiri penuh bekas luka garukan. Kata xto saya kayak anak kampung. Paling saya hanya pasrah, semoga nanti setelah melahirkan bekas lukanya bisa hilang. Kalo ngga, gimana saya bisa pake rok dan celana pendek di muka umum? hihihihi

*momies diaries*

No comments: