Yes. I'm gonna live in Pondok Indah Mertua (PIM) after I got married. Sudah terbayang betapa berubahnya kehidupan saya nanti. Disatu sisi saya akan punya seseorang yang akan mendampingi saya setiap saat dan berbagi suka dan duka tapi disisi lain saya harus mulai menekan ego dan emosi kalau mau survive tinggal di PIM.
.
Selama ini saya hidup senang dah bahagia di rumah orang tua saya yang walaupun kecil tapi penuh suasana kekeluargaan yang menyenangkan. Lokasi sangat strategis yang mana transportasi sangat mudah sehingga mobilitas saya tidak pernah terganggu baik ke kantor, belanja, bergaul ataupun beribadah. Fasilitas terjamin baik dari transportasi (dad's car is always available to use) sampai kebutuhan sandang, pangan dan papan. Mau apapun saya tinggal teriak "Tarrrrrrssssssiiiiihhhhh...." dan voila, datanglah asisten saya yang rada dungu siap mendengerkan perintah.
.
Dan bagaimana tinggal di PIM? Sumpah saya ga kebayang. Mana lokasinya jauh di ujung dunia yang mana buat kemana-mana rasanya sulit kalo ga pake kendaraan pribadi. Lingkungannya siy baik dan asri tapi sebagai perempuan yagn suka bergaul tapi SIMnya disimpen di laci hal ini merupakan cobaan berat. Paling ngeri adalah interaksi dengan segenap penghuni rumah. Walaupun sebenernya calon keluarga baru saya baik dan cenderung tidak suka ikut campur tapi tetap saja setiap interaksi manusia pasti ada kondisi yang bakal menimbulkan friksi dan miss komunikasi.
.
Goodbye Kenyamanan, Mari bersiap untuk beradaptasi
.
*who move my cheese???*
No comments:
Post a Comment